..

Selasa, 22 Mei 2012

LAPORAN CATATAN LAPANGAN HASIL OBSERVASI




LAPORAN CATATAN LAPANGAN HASIL OBSERVASI



KUNJUNGAN ILMIAH OBJEK LEMBAH HIJAU MULTIFARM, GREEN MOVEMENT COMMUNITY UNS, DAN TAMAN BALEKAMBANG





Disusun guna memenuhi tugas kelompok ekstrakulikuler

KIR (Karya Ilmiah Remaja) SMA Negeri 1 Gemolong

 yang dibina oleh Arief Rahmawan, S.Pd





































Oleh:



Bunga Hening Maulidina

Fitriana Romdhati







SMA NEGERI 1 GEMOLONG

SRAGEN

2011







LEMBAR PENGESAHAN

Laporan hasil observasi ini diajukan untuk memenuhi tugas ekstrakulikuler KIR (Karya Ilmiah Remaja) SMA Negeri 1 Gemolong.

Laporan Catatan Lapangan Hasil Observasi

Kunjungan Ilmiah Objek Lembah Hijau Multifarm, Green Movement Community UNS, dan Taman Balekambang



Judul Laporan                           : Laporan Catatan Lapangan Hasil Observasi

Kunjungan Ilmiah Objek Lembah Hijau Multifarm, Green Movement Community UNS, dan Taman Balekambang

Anggota kelompok 1

a.       Nama lengkap : Bunga Hening Maulidina

b.      NIS                              : 7106

Anggota Kelompok 2

a.       Nama lengkap : Fitriana Romdhati

b.      NIS                              :

Guru pembimbing

a.       Nama lengkap dan gelar : Arief Rahmawan, S.Pd

b.      NIP                                  : 1987100122010011007



Menyetujui,





            Guru Pembimbing                                                         Ketua Kelompok







            Arief Rahmawan, S.Pd

            NIP 19871001 201001 1 007                                      NIS.







                                    Mengetahui,

                                             Kepala Sekolah









  Drs. Moh. Amir Zubaidi

             NIP 19641211 199212 1 001                                                                                                      





ABSTRAK



Maulidina, Bunga Hening. Romdhati, Fitriana. Kunjungan Ilmiah Objek Lembah Hijau Multifarm, Green Movement Community UNS, dan Taman Balekambang. Laporan Catatan Lapangan Hasil Observasi. SMA Negeri 1 Gemolong. Januari, 2012.

Kunjungan KIR SMA Negeri 1 Gemolong pada tanggal 22 Desember 2011, ke Lembah Hijau Multifarm (LHM), "Green Movement Community” UNS (GMC), dan Taman Balekambang adalah kegiatan observasi fakta yang terjadi di lapangan. Permasalahan inti kegiatan terfokus pada pengolahan dan pemanfaatan limbah, sebab sampah masih menjadi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, tidak meratanya sosialisasi tentang teknik pengolahan sampah atau limbah, tidak adanya mekanisme pemilahan sampah yang baik dan benar, dan kurangnya kesadaran yang kurang akan pentingnya menjaga kebersihan.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu; (1) Bagaimana mekanisme pemilahan sampah organik dengan sampah anorganik yang baik dan benar? (2) Bagaimana cara pemanfaatan sampah atau limbah organik (terutama kotoran hewan dan dedaunan) di sekitar lingkungan? (3) Apa saja cara-cara untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan?. Laporan ini ditulis dengan tujuan untuk menguraikan mekanisme pemilahan sampah, menjelaskan cara pemanfaatan sampah atau limbah organik, dan mengetahui upaya untuk peningkatan kesadaran cinta lingkungan.

Metodologi yang dipakai dalam penulisan laporan ini adalah . Langkah awal untuk pengolahan sampah dan limbah adalah melalui pemilahan sampah dengan lima jenis pemilahan, meliputi sampah membusuk, kertas, plastik, botol atau kaleng, dan sampah buang. Untuk sampah organik dapat diolah menjadi kompos. Sedangkan sampah anorganik dapat dijual atau dibuat menjadi produk daur ulang, seperti tas, bross, dan lain-lain.

Dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: Mekanisme pemilahan sampah terdiri lima pemilahan, yaitu untuk sampah membusuk, kertas, plastik, botol atau kaleng, dan sampah buang. Setelah itu barulah diolah melalui bank sampah. Untuk pengolahan limbah kotoran hewan, bisa dilakukan melalui system kandang becek. Sedangkan untuk pengolahan sampah dedaunan melalui pembuatan lubang di tanah untuk penampungan dedaunan. Keduanya akan menghasilkan kompos. Garis besar dari cara peningkatan kesadaran menjaga kebersihan lingkungan harus dimulai sejak dini barulah ke lingkup yang lebih luas dan perlu dukungan semua pihak, melalui kegiatan kampanye go green.

Untuk mekanisme pemilahan sampah, sebaiknya dilakukan secara terorganisir, sehingga semua elemen masyarakat turut serta berperan. Pemanfaatan limbah organik hendaknya sesuai dengan metode yang ada, agar tidak terjadi pembusukan dan mengakibatkan pencemaran udara. Peran serta seluruh stake holder dan masyarakat sangat diperlukan untuk mewujudkan lingkungan bebas sampah.



KATA PENGANTAR



Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT berkat taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan catatan lapangan hasil observasi ini. Dan penulisan serta kegiatan kunjungan KIR Kalpawidya ini, tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk segala bentuk bantuannya, dengan tulus kami ucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

  1. Bapak Drs. Amir Zubaidi selaku Kepala SMA Negeri 1 Gemolong, yang selalu memotivasi kami dan mendukung pelaksanaan kegiatan ini.
  2. Bapak Parmono yang telah memberikan izin, bimbingan dan nasehat.
  3. Bapak Arief Rahmawan, S.Pd, selaku Pembimbing KIR Kalpawidya, yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan.
  4. OSIS SMA Negeri 1 Gemolong.
  5. Orang tua dan keluarga kami, atas cinta dan doa yang tak pernah henti.
  6. Teman-teman KIR Kalpawidya SMA Negeri 1 Gemolong yang selalu memotivasi dalam prestasi dan kebersamaan.
  7. Seluruh pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu.

Semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan pahala dari-Nya. Kami menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan, maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kemajuan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi batu loncatan untuk memacu prestasi agar lebih baik lagi.





Gemolong, Januari 2012





Penulis







DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL ……………………………………………………      1

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………..      2

ABSTRAK ……………………………………………………………....     3

KATA PENGANTAR …………………………………………………..      4

DAFTAR ISI ……………………………………………………………      5

BAB I.             PENDAHULUAN ……………………………………...      6

A.     Latar belakang masalah ……………………………...       6         

B.     Rumusan masalah …………………………………...       7

C.     Tujuan ……………………………………………….      8

D.     Manfaat ……………………………………………...      8

BAB II.            METODOLOGI PENGUMPULAN DATA …………...        9

A.     Sumber data …………………………………………      9

B.     Teknik pengumpulan data   …………………………...    9

C.     Instrument …………………………………………...      11       

BAB III.           HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ………....        13       

A.     Latar ………………………………………………....     13       

B.     Hasil data …………………………………………....      13

C.     Deskripsi data ……………………………………….      19

BAB IV.          PENUTUP ……………………………………………...      23

A.     Simpulan …………………………………………....       23

B.     Saran ………………………………………………..      23

DAFTAR PUSTAKA  ………………………………………………….      24

LAMPIRAN GAMBAR ……………………………………………….        25





































BAB I

PENDAHULUAN



A.     Latar Belakang Masalah

Ekstrakulikuler KIR (Karya Ilmiah Remaja) adalah salah satu media yang efektif untuk menanamkan prinsip berpikir ilmiah pada siswa. Penanaman prinsip berpikir ilmiah ini sangat diperlukan, seperti yang diuraikan oleh Conny Semiawan, dkk (1992:1), bahwa tugas bidang pendidikan tidak hanya terbatas pada mengalihkan hasil-hasil ilmu dan teknologi. Selain itu bidang pendidikan bertugas pula menanamkan nilai-nilai baru yang dituntut oleh perkembangan ilmu dan teknologi pada diri anak didik dalam kerangka nilai-nilai dasar yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia.

Penanaman nilai-nilai prinsip berpikir ilmiah harus dilandasi dengan observasi atau pengamatan fakta di lapangan secara langsung. Dalam mengobservasi atau mengamati, kita memilah-milahkan mana yang penting dari yang kurang atau tidak penting, (Conny Semiawan, dkk, 1992:19).  Dengan observasi langsung ke lapangan, maka suatu teori akan dapat dibuktikan validitas datanya. Oleh karena itu diperlukan kegiatan belajar untuk mengobservasi fakta yang ada di lapangan.

Kegiatan kunjungan KIR SMA Negeri 1 Gemolong ke Lembah Hijau Multifarm (LHM), Komunitas Gerakan Mahasiswa Peduli Lingkungan UNS "Green Movement Community” (GMC), dan Taman Balekambang adalah salah satu bentuk kegiatan belajar untuk mengobservasi fakta yang terjadi di lapangan. Dari serangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 2011 lalu, permasalahan inti yang disorot dalam laporan ini adalah pengolahan dan pemanfaatan limbah, sebab selama ini limbah masih menjadi masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Sebenarnya kegiatan pengelolaan limbah dan sampah sudah banyak dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu. Misalnya dengan adanya fasilitas TPA, program diet kantong plastik, bank sampah, kompetisi-kompetisi membuat produk daur ulang, kampanye Go Green, dan lain-lain. Kendati demikian, masih saja sampah dan limbah menjadi masalah, hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu, tidak meratanya sosialisasi tentang teknik pengolahan sampah atau limbah, tidak adanya mekanisme pemilahan sampah yang baik dan benar, dan kurangnya kesadaran yang kurang akan pentingnya menjaga kebersihan.

Faktor pertama penyebab masalah sampah dan limbah ini disebabkan oleh tidak meratanya sosialisasi tentang teknik pemanfaatan sampah atau limbah di sekitar lingkungan. Pada hal ini terutama limbah atau sampah organik (sampah basah), seperti kotoran hewan atau dedaunan. Padahal limbah semacam ini selalu ditemukan dalam sehari-hari, utamanya di daerah yang masih hijau dan mayoritas penduduk memiliki hewan ternak. Namun ternyata tingkat pemanfaatan limbah organik tergolong relatif masih cukup rendah.

Kedua, selain itu masalah sampah dan limbah juga dikarenakan tidak adanya mekanisme pemilahan sampah yang baik dan benar. Sessario Bayu Mangkara, dkk (2010) dalam http://pkm.openthinklabs.com/home/contoh-proposal/pkm-gt/uns/pengelolaan-sampah-kota menambahkan bahwa di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) juga masih menjadi masalah, ini dibuktikan dari tahun ke tahun tidak ada perubahan metode pengolahan sampah yang baik.

Faktor penyebab yang terakhir adalah kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan. Di beberapa tempat seperti sekolah atau pun fasilitas umum, masih banyak orang yang membuang sampah sembarangan, walaupun sudah disediakan tempat sampah. Program penanggulangan sampah dengan sistem denda pun kurang efektif, sebab mayoritas orang kurang peduli dengan bahaya penumpukan sampah.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu:

1.      Bagaimana mekanisme pemilahan sampah organik dengan sampah anorganik yang baik dan benar?

2.      Bagaimana cara pemanfaatan sampah atau limbah organik (terutama kotoran hewan dan dedaunan) di sekitar lingkungan?

3.      Apa saja cara-cara untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan?

C.     Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan laporan observasi ini adalah:

1.      Untuk menguraikan mekanisme pemilahan, antara sampah organik dengan sampah anorganik.

2.      Untuk menjelaskan cara pemanfaatan sampah atau limbah organik dari lingkungan sekitar.

3.      Untuk mengetahui upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan.

D.    Manfaat

Hasil laporan observasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

  1. Manfaat Teoretis

  1. Sebagai sumber informasi dan pengetahuan mengenai pemanfaatan serta cara-cara pengolahan sampah dan limbah.
  2. Menambah khasanah pustaka tentang sampah dan limbah.
  3. Sebagai salah satu sumber acuan pengetahuan untuk dunia pendidikan tentang sampah dan limbah.

2.      Manfaat Praktis

a.       Memberikan sumbangan ilmiah untuk dunia pendidikan, khususnya bagi kalangan pendidik dan peserta didik, serta masyarakat luas pada umumnya.

b.      Untuk menggambarkan tata cara pemanfaatan serta pengolahan limbah dan sampah.

c.       Sebagai bahan referensi untuk memotivasi pemanfaatan serta pengolahan limbah yang baik dan benar bagi semua kalangan.











BAB II

METODOLOGI PENGUMPULAN DATA



A.     Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penulisan laporan observasi ini menggunakan sumber data primer dan data sekunder. Pengertian data primer menurut M Zulham (2011) dalam http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/.../BAB%20III%20Soel.doc, bahwa data primer adalah data yang diperoleh melalui lapangan pada objek penelitian. Peneliti turun langsung ke objek penelitian untuk mengumpulkan data melalui wawancara dengan beberapa informan.

Untuk pengumpulan sumber  data primer, penulis langsung ke objek observasi yaitu ke Lembah Hijau Multifarm (LHM), Komunitas Gerakan Mahasiswa Peduli Lingkungan UNS "Green Movement Community” (GMC), dan Taman Balekambang. Penulis telah melakukan wawancara dengan salah satu guide di Lembah Hijau Multifarm (LHM), juga kepada beberapa pengunjung di Balekambang.

Sedangkan pengertian data sekunder adalah penulis juga melakukan telaah pustaka, yaitu mengumpulkan data dari barbagai sumber informasi yang terkait dengan masalah yang akan diteliti. Sumber informasi yang dimaksud dapat berupa buku, jurnal, koran, dan sumber informasi lainnya yang ada kaitannya dengan masalah penelitian ini, (M Zulham, 2011) dalam http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/.../BAB%20III%20Soel.doc.

Maka dalam pengumpulan sumber data sekunder ini, penulis melakukan telaah pustaka dari buku, internet, dan berbagai sumber informasi yang terkait dengan permasalahan sampah dan limbah.

B.     Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu:

1.      Wawancara

Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka, (Prabowo, 2010 tersaji dalam achsan.staff.gunadarma.ac.id). Wawancara termasuk teknik yang mudah dan efisien, terutama jika waktu pengambilan data terbatas. Kendati demikian wawancara memiliki kelemahan kurang kuatnya validitas data jika pemilihan narasumber tidak tepat.

Waktu wawancara dilakukan pada tanggal 22 Desember 2011. Teknik wawancara yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah wawancara tidak terstruktur. Kelemahan wawancara tidak terstruktur yaitu memiliki tingkat dross rate (jumlah informasi yang tidak berguna) paling tinggi. Teknik ini digunakan dengan pertimbangan terbatasnya waktu pengumpulan data di lapangan. Hal ini disebabkan observasi tiga objek dilakukan dalam waktu satu hari. Jadi teknik wawancara tidak terstruktur dinilai paling efisien dan efektif.

Pada objek Lembah Hijau Multifarm, wawancara dilakukan dengan salah satu petugas (guide) dari pihak Lembah Hijau Multifarm. Kualifikasi narasumber cukup memenuhi standar, karena Lembah Hijau Multifarm memiliki petugas-petugas guide khusus untuk memandu pengunjung. Sementara untuk objek Taman Balekambang, penulis mengambil sampel narasumber pada beberapa pengunjung, antara lain Widartriningsih dan keluarga Eni. Sedangkan untuk objek Komunitas GMC UNS wawancara dilakukan dengan beberapa narasumber, antara lain, Sessario Bayu Mangkara selaku koordinator GMC, Laila, dan beberapa pengurus GMC lainnya.

2.      Observasi

Observasi diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian, (Eko Susanto, 2008) dalam http://eko13.wordpress.com/2008/03/18/jenis-data-dan-metode-pengumpulan-data/. Sedangkan menurut Patton (Poerwandari 1998, tersaji dalam achsan.staff.gunadarma.ac.id, 2010), tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dipilih penulis, karena hasil data observasi relatif lebih akurat. Di sisi lain teknik observasi akan lebih impresif dibanding dengan teknik wawancara, sebab penulis melihat secara langsung keadaan di lapangan. Walaupun demikian teknik observasi tetap memiliki kelemahan, yakni apabila subjek bersikap lebih baik dari keadaan yang terjadi biasanya, dikarenakan subjek mengetahui bahwa dirinya dijadikan sebagai objek observasi.

Observasi ini lebih banyak dilakukan pada saat di objek Taman Balekambang, walaupun sebenarnya di UNS dan Lembah Hijau Multifarm juga menggunakan teknik ini. Hal ini karena tingkah laku pengunjung di Taman Balekambang sangat beragam dan lebih virtual dibanding dengan hasil data wawancara pada dua objek sebelumnya yang masih bersifat teoretis. Selain itu juga karena Taman Balekambang merupakan taman kota yang menjadi bagian dari fasilitas kota atau tempat umum. Sehingga dapat dipastikan pengunjungnya terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang bisa mewakili mayoritas subjek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku subjek sangat berpengaruh terhadap objek lingkungan sekitar.

3.      Literatur kepustakaan/hasil penelitian sebelumnya

Literatur kepustakaan dan arsip mengenai hasil penelitian sebelumnya sangat diperlukan. Data ini dimaksudkan untuk menjadi landasan dasar pemikiran penulis. Data ini berupa dokumen tertulis dari berbagai sumber, yaitu dari buku, internet, majalah, koran, dan lain-lain. Selain itu gambar, foto, dan arsip juga termasuk data yang digunakan dalam penulisan laporan ini. Literatur kepustakaan berfungsi untuk memperkuat dan menambah data yang telah dikumpulkan.

C.     Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah jenis instrumen non-tes Instrumen non-tes menurut Teguh Budiharso (2009: 151) yaitu berupa angket, wawancara atau observasi langsung di lapangan, yang diperlukan ialah Panduan Pengumpulan Data. Panduan Pengumpulan Data yang digunakan dalam penulisan laporan ini yakni dari teori dan ahli bidang yang diteliti, hal ini dimaksudkan untuk menguji sinkronisasi antara teori dengan hasil yang diperoleh.

1.      Wawancara

Pada saat pelaksanaan wawancara, Panduan Pengumpulan Data mendasar pada ahli bidang. Ahli bidang yang dimaksud adalah pemandu (guide) dari Lembah Hijau Multifarm yang menyertai selama kunjungan di lokasi tersebut. Selain itu ahli bidang yang kedua adalah Koordinator GMC UNS yaitu Sessario Bayu Mangkara, dibantu beberapa anggotanya. Dan Panduan Pengumpulan Data yang digunakan setelah memperoleh hasil wawancara mendasarkan pada teori dan literatur hasil penelitian sebelumnya yang diambil dari internet, buku dan gambar.

2.      Observasi

Panduan Pengumpulan Data observasi yang digunakan mendasarkan pada perilaku subjek yang diamati dalam objek observasi. Perilaku subjek ini sangat berpengaruh terhadap kondisi objek. Sebagai permisalan yaitu perilaku pengunjung Taman Balekambang dalam hal kepedulian membuang sampah pada tempatnya terbukti berpengaruh terhadap keadaan objek Taman Balekambang itu sendiri.

































BAB III

HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

A.     Latar

Kegiatan kunjungan observasi ini dilaksanakan pada:

Hari/tanggal      : Kamis, 22 Desember 2011

Tempat             : Lembah Hijau Multifarm, Taman Balekambang, UNS

B.     Hasil Data 

1.      Green Movement Community Universitas Sebelas Maret (GMC UNS)

UNS adalah salah satu universitas yang ada di kota Solo. Tepatnya ada di jalan Ir. Sutami 36A Kentingan, Jebres, Surakarta. Di UNS terdapat beberapa fakultas salah satunya fakultas MIPA. Di fakultas MIPA terdapat sebuah perkumpulan mahasiswa yang tergabung dalam Green Movement Community. Adanya organisasi ini bertujuan untuk mengajak mahasiswa-mahasiswa lain untuk bisa menjaga lingkungan dan mengurangi global warming dengan berbagai  cara yang inovatif.

Green Movement Community juga menyuarakan betapa pentingnya menjaga lingkungan di sekitar kampus dan apa manfaat yang bisa didapat dari gerakan peduli lingkungan tersebut. Pada awalnya memang sulit karena tidak semua orang atau mahasiswa mau peduli dan menjaga lingkungannya, namun seiring berjalannya waktu orang-orang pasti juga merasa bahwa lingkungan sekarang ini semakin lama semakin rusak.

Sebab sekarang ini presentase orang yang peduli lingkungan dengan yang tidak, masih banyak orang yang tidak peduli sehingga di satu sisi orang-orang gencar melakukan aksi melestarikan lingkungan agar tetap terjaga  di sisi lain orang-orang yang tidak bertanggung jawab merusak lingkungan dengan seenaknya saja tanpa peduli bahaya yang ditimbulkan. Ada orang-orang  yang tidak bertanggung jawab dengan seenaknya menebang pohon di hutan secara illegal dan tidak menanaminya kembali (reboisasi).

Mereka mengajak teman-temannya untuk bergabung dan menjaga lingkungan dengan cara mendaur ulang berbagai bahan anorganik seperti bungkus detergen, bungkus permen dll. Selain bahan anorganik juga ada bahan organik yakni daun-daun kering yang bisa digunakan untuk membuat hasta karya seperti celengan, buku, dan bross. Tentu ini bisa menjadi pemasukkan yang lumayan untuk kantong mahasiswa sendiri.

Selain itu mereka juga berusaha membuat pupuk kompos di sekitar kampus dengan cara membuat lubang yang besar di tanah lalu mengumpulkan daun-daun kering dan menaruhnya di lubang tersebut sehingga nantinya daun-daun tersebut akan membusuk dan akhirnya menjadi pupuk kompos.

2.      Lembah Hijau Multifarm (LHM)

Lembah Hijau Multifarm ini terletak di kabupaten Karanganyar, tepatnya di Joho Lor, Mojolaban. Lembah Hijau Multifarm menjadi tempat yang menyenangkan untuk berkumpul bersama keluarga sekaligus belajar tentang cara beternak terutama ternak sapi. Selain menjadi tempat rekreasi tempat ini sangat bermanfaat bagi siswa sekolah karena banyak pengetahuan yang dapat diperoleh di Lembah Hijau Multifarm. Di tempat ini kita bisa belajar cara beternak, berkebun dan  melihat proses pembuatan biogas.

Lembah Hijau Multifarm pertama kali didirikan di kabupaten Sragen pada tahun 1981 tepatnya di peternakan pertama yang terletak di desa Karang Galeng, Sragen. Sedangkan peternakan kedua didirikan di desa Joho Lor, Sukoharjo pada tahun 1991. Lembah Hijau Multifarm menerapkan sistem Integrating Farming System (sistem peternakan terpadu), meliputi peternakan, perikanan, pertanian organik, pekerbunan organik, dan bio teknologi.

a.       Peternakan Sapi

Di Lembah Hijau Multifarm peternakan sapi sangat maju, dengan menggunakan Integrated Farming System (sistem peternakan terpadu) sehingga kualitasnya terjamin. Di sini sapi-sapi diletakkan dalam kandang sendiri-sendiri, satu kandang hanya diisi satu sapi tidak lebih sehingga sapi tidak akan saling menyerang.  Dengan  kondisi kandang yang  bersih dan sangat terawat tentu sapi akan sangat betah berada di kandangnya dan tidak mudah stress.

 Selain itu anak-anak sapi yang masih baru lahir, yang berumur 5 bulan  dan sapi yang sakit, juga dipisahkan satu sama lain ,sehingga  sapi yang sakit  tidak akan menulari sapi-sapi lain yang  masih sehat. Sapi-sapi yang sakit diisolasi di kandang yang berbeda dan akan mendapat obat sesuai dengan penyakitnya.  Sebagai contoh apabila mengatasi sapi yang diare maka akan diberi kopi pahit.

Sapi yang diternakkan di Lembah Hijau Multifarm adalah sapi lokal yang kemudian disilangkan sendiri. Setiap sapi memiliki tanda pengenal masing-masing, yang disusun berdasarkan tanggal kelahiran, atau kode-kode yang lain. Tujuannya untuk memudahkan pengenalan sapi, sehingga ketika ada salah satu sapi yang sakit, dapat langsung diketahui sapi berkode berapa yang sakit. Sapi ini kemudian dikelompokkan lagi menjadi beberapa jenis.

Dalam sehari di Lembah Hijau Multifarm sapi-sapi diperah 2 kali yakni pagi dan sore hari, dalam sekali perah diperoleh 8-15 liter susu per ekor. Sapi yang sudah siap diperah berumur sekitar 14 bulan dan paling tidak  sudah melahirkan  1 kali. Salah satu hasil olahan susu sapi adalah es krim.

1)      Sapi Laktasi

Peternakan yang pertama dikunjungi adalah peternakan sapi Laktasi, yaitu sapi perah betina yang sudah siap untuk diambil susunya. Tanda-tanda sapi yang siap untuk diperah adalah sapi yang berumur 14 bulan. Selain itu sapi haruslah sapi yang sudah di inseminasi buatan, serta sudah melahirkan minimal satu kali. Jadi untuk jenis sapi Laktasi yang hamil, satu bulan sebelum masa kehamilannya selesai (selama sembilan bulan sepuluh hari), sapi yang akan dipindahkan ke kandang khusus untuk memudahkan proses persalinan.

Sapi-sapi Laktasi ini dimandikan tiga kali sehari pada pagi, siang, dan sore hari. Hal ini dilakukan untuk menjaga kebersihan kandang sapi dan untuk menjaga kualitas susu. Pemerahan susu Laktasi, dilakukan dua kali sehari, pada pagi hari sekitar pukul 06.30 WIB dan pada siang hari pukul 12.30 WIB. Sekali pemerahan, setiap ekor sapi menghasilkan 8-15 liter susu.

Makanan sapi berupa jerami fermentasi dan konsentrat. Pembuatan jerami fermentasi, menggunakan jerami segar kadar 60% (basah tetapi tidak berair), 6 kg starbium, dan 6 kg urea. Pembuatannya harus di tempat yang beralaskan tanah serta terlindung dari sinar matahari secara langsung. Jerami kemudian ditumpuk setinggi 30 cm, kemudian ditaburi 1 kg starbio dan 1 kg urea, lalu ditumpuk jerami lagi dengan lapisan yang sama sampai enam tumpukan. Tinggi maksimal tumpukan jerami ini ± 1,5 m. Jerami yang siap konsumsi baru dibongkar dan diangin-anginkan setelah 21 hari, serta mampu bertahan hingga 2 tahun.

Konsentrat untuk makanan sapi berupa bekatul, kulit aren atau tempurungnya, bungkil kelapa, jagung kedelai, ampas tahu kering yang dicampur dengan tiga sumber protein, seperti ampas tahu atau kulit kedelai. Presentrat per 1 kg konsentrat adalah StarBio mineral dan vitamin. Dosisnya hanya 3 kg, meliputi 1 sendok vitamin, 2 sendok mineral, dan 2 StarBio. Dengan demikian, konsentrat StarBio digunakan sebagai penambah protein dan penghilang bau kotoran pada sapi, sedangkan jerami fermentasi digunakan untuk mencukupi kebutuhan serat.

2)      Sapi Prakasi

Kandang sapi Prakasi adalah kandang karantina sapi yang baru lahir. Sebelum dimasukkan ke kandang khusus anak-anak sapi ini dibiarkan bersama induknya selama 10 hari untuk menyusu pada induknya. Hal ini dimaksudkan agar anak sapi mendapat colostrum dari induknya demi pertahanan sistem imun kekebalan tubuhnya. Pada hari ke 11, anak sapi mulai dipisahkan dari induknya untuk selanjutnya dikarantina selam tiga bulan.

Bulan pertama anak-anak sapi Prakasi masih mendapat asupan susu dari induknya dan tambahan konsentrat, sebab rumen sapi belum berfungsi. Pada bulan kedua anak sapi hanya mendapat 50 % susu induknya ditambah 50 % susu skim dan susu afkir (CFR) yang masih ada masa tenggangnya. Kemudian pada bulan ketiga setelah berat badan sapi ±70 kg, sapi Prakasi mendapat 100 % susu skim. Sebagai perlindungan kebersihan kandang sapi digunakan Agentina Hayati, yang berfungsi untuk mencegah hama, serangga, dan jamur.

3)      Sapi Dara

Tidak semua jenis sapi dimandikan tiga kali sehari, ada juga jenis sapi yang tidak pernah mandi, yaitu sapi Dara. Sapi dara atau yang berusia 12-14 bulan akan mengalami tanda-tanda birahi yaitu alat kelamin sapi membengkak dan keluar cairan bening. Kandang becek ini diadaptasi dari habitat sapi-sapi di padang sabana Australia (umbaran). Maksud dari penggunaan kandang becek ini ialah untuk menghemat biaya dan tenaga. Selain itu limbah hasil dari kandang becek ini akan dimanfaatkan untuk pengolahan bahan pembuatan kompos.

Hasil dari peternakan sapi ini juga dimanfaatkan untuk dijual dagingnya, terutama sapi jantan. Untuk sapi jantan dijual dari penghitungan bobot sapi dibagi harga daging per ekor. Sedangkan susu sapi dipasarkan di sekitar Solo. Biasanya susu dari pemerahan pagi hari disetorkan ke Solo pukul 06.00 WIB dan hasil pemerahan siang hari disetorkan pukul 16.00 WIB. Konsep pemasarannya pun mengikuti permintaan pasar. Sedangkan produk dari susu sapi ini juga dibuat sajian Es Krim yoguhrt 100 % susu oleh pihak Lembah Hijau Multifarm.

b.      Perikanan

Selain peternakan sapi di Lembah Hijau Multifarm juga dibudidayakan pula ikan patin. Ikan patin yang ada di LHM adalah ikan patin yang rendah kolesterol dan tinggi protein. Makanan untuk ikan patin sendiri adalah pelet tenggelam 60 % dan lumut, kayu apung, semanggi, atau Azzola pinata. Azzola pinnata  di tempat ini di budidayakan   sendiri, karena memang mudah cara membudidayakan sehingga hemat. Ikan patin organik dipilih karena kandungan ikan patin yang kaya akan kolesterol, omega 3, dan tinggi akan protein.

Untuk penggantian air di kolam ikan menggunakan sistem sirkulasi yang memiliki empat tahap. Sirkulasi air berputar dari bawah ke atas untuk menyaring kotoran. Sedangkan untuk panen, ikan patin bisa dipanen ketika beratnya sudah mencapai 8 ons sampai 1 kg, dengan waktu pemeliharaan selama delapan bulan. Hasil budidaya ikan patin dimanfaatkan untuk dijual dagingnya secara mentahan dan diolah menjadi berbagai jenis kuliner. Kuliner ikan patin ini dapat dinikmati di Kafe LHM berupa sajian bakso ikan patin, sosis ikan patin, ikan patin bakar, dan balado kepala ikan.

c.       Pertanian Organik

Di LHM juga terdapat tabulapot (tanaman bunga dalam pot) yang diletakkan dalam sebuah tempat yang tidak terlalu tertutup dan tidak terkena sinar matahari langsung sehingga tanaman bisa tumbuh dengan baik. Di sana ditanam   bunga-bunga yang indah dan bernilai ekonomis yang tinggi. Sehingga juga bisa memberikan pemasukkan yang lumayan.

d.      Perkebunan Organik

Ada juga kebun buah-buahan yang lumayan luas ada berbagai macam buah yang ditanam di sana seperti buah jambu, durian, mangga, dan masih banyak lagi selain itu di sana buah-buahan dipupuk dengan pupuk organik  dari kotoran sapi, sehingga tidak perlu khawatir akan  ada bahan kimia yang terdapat di buah-buahan tersebut.

e.       Bio Teknologi.

Jika susu sapi dijadikan es krim maka kotoran sapi juga bisa  dijadikan menjadi hal yang bermanfaat yakni biogas. Di LHM juga  ada gudang pembuatan biogas.  Kotoran sapi ditampung dalam sebuah kolam lalu dialirkan melalui gorong-gorong menuju gudang untuk selanjutnya diolah menjadi biogas. Biogas memiliki kelebihan dibanding gas LPG, Biogas memiliki tekanan kecil sehingga tidak meledak seperti gas LPG.

3.      Taman Balekambang

Taman Balekambang sudah ada sejak dulu namun belum banyak orang yang mengetahui kecuali mayoritas masyarakat Solo sendiri. Di taman tersebut orang-orang bisa menghabiskan waktu bersama keluarga, teman, bahkan pacar.  Kini taman Balekambang sudah banyak berubah dengan semakin tertata dan juga keadaan taman yang semakin bersih. Selain itu fasilitas di taman juga semakin lengkap dengan adanya bangku-bangku taman dan adanya kebun binatang mini. Di taman Balekambang juga tersedia tempat outbond yang bisa dijadikan sebagai sarana wisata bagi siswa-siswa sekolah yang ada kegiatan di luar ruangan.

Ada juga pengunjung yang mengajak anggota keluarganya untuk sekedar menikmati pemandangan di kolam yang ada di taman Balekambang tersebut sambil member makan ikan. Tak jarang pengunjung mengajak anaknya untuk sekedar menghabiskan waktu bersama yang di hari-hari lain mereka tidak bisa lakukan. Meski begitu kebanyakan pengunjung di taman ini adalah mahasiswa yang atau muda-mudi yang pergi bersama pasangannya atau mahasiswa-mahasiswa yang sengaja datang untuk mengerjakan tugas, karena taman ini memang tempat yang nyaman, selain murah juga asri.

Selain itu dilihat dari segi kebersihan, sekarang ini kebersihan taman Balekambang sendiri sudah termasuk kategori bersih, didukung oleh pendapat para pengunjung tempat ini yang menyatakan bahwa kebersihan di taman Balekambang sendiri memang sudah bisa dikatakan bersih.  Di taman memang sudah ada petugas kebersihan yang beberapa kali sehari mengambil sampah yang ada di bak sampah untuk kemudian dibuang ke TPA. Dan juga petugas sapu yang siap menyapu sampah yang masih mungkin berserakan.

Namun meski begitu tak jarang pengunjung nakal yang masih membuang sampah di sembarang tempat dan tidak peduli tentang kebersihan taman tentunya ini membuat taman menjadi kotor lagi dan petugas kebersihan harus membersihkan taman berkali-kali. Selain itu kenyamanan pengunjung lainnya akan terganggu. Satu hal lagi yang ironis yaitu rusa yang ada di taman ini masih kurang terurusi dilihat dari kelakuannya yang mencari makan dengan mengais-ngais tempat-tempat sampah, sungguh amat disayangkan.

C.     Deskripsi Data

1.      Mekanisme pemilahan sampah organik dan non-organik

Pemilahan sampah dibagi menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Metode sederhana yang sering digunakan adalah pemisahan tempat sampah antara tempat sampah organik dan anorganik. Metode ini merupakan syarat awal yang mutlak untuk proses pemanfaatan limbah dan sampah.

Mengarah pada salah satu konsep green political untuk mekanisme manajemen sampah yang diusung Green Movement Community UNS adalah Bank Sampah. Bank sampah merupakan sebuah program pengembangan pemanfaatan sampah serta pengelolaan sampah sebagai wujud peduli terhadap lingkungan. Kegiatan bank sampah ini memfasilitasi kawasan kampus untuk dapat memanajemen sampah sebaik mungkin, yakni dengan cara memilah antara sampah organik dengan anorganik.

Bank sampah ini termasuk salah satu kegiatan dari Green Movement Community, yaitu pengembangan peran serta warga kampus berupa media sosialisasi dan edukasi. Tujuan modul bank sampah ini adalah memberikan latar belakang pentingnya memanajemen sampah di lingkungan kampus, serta mengajak warga kampus untuk dapat mengurangi produksi sampah.

Proses kerja bank sampah ada beberapa tahap. Tahap pertama, pos sampah menyediakan lima macam tempat sampah sesuai jenis sampahnya.

  1. Sampah I untuk sampah membusuk → kompos
  2. Sampah II untuk sampah kertas → daur ulang
  3. Sampah III untuk sampah plastik → dijual ke pengepul
  4. Sampah IV untuk sampah botol plastik atau kaleng →  dibuat kerajinan
  5. Sampah V untuk sampah buang → TPA (Tempat Pembuangan Akhir)

Selanjutnya, jika seluruh sampah sudah terkumpul setiap harinya, maka disetorkan ke Bank Sampah untuk menjadi “tabungan” yang hasilnya menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi. Sehingga sampah yang tidak bernilai, diubah menjadi produk dengan nilai ekonomis.

2.      Pemanfaatan Limbah Organik Menjadi Kompos

Pemanfaatan limbah organik menjadi kompos dapat dibagi menjadi dua.

a.       Limbah kotoran hewan ternak

Pada dasarnya limbah organik berupa kotoran hewan di sekitar kita hakikatnya sama dengan hasil limbah kotoran sapi yang dihasilkan setiap hari dari suatu peternakan. Bahkan jika diteliti, limbah yang dihasilkan sehari-hari dari sekitar kita akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan limbah di peternakan. Dengan demikian pengolahan limbah pun juga lebih cepat dan mudah.

Mengacu pada pengamatan di Lembah Hijau Multifarm, teknik pengolahan limbah kotoran hewan yang efektif adalah menggunakan kandang becek. Kandang becek adalah kandang yang beralaskan serbuk gergaji. Kayu lunak yang digunakan sebagai alas kandang sapi becek berasal dari serbuk gergaji pohon Randu atau pohon Sengon. Serbuk gergaji yang menjadi alas kandang secara otomatis akan tercampur dan terinjak-injak bersama dengan kotoran. Kurang lebih setelah dua minggu serbuk gergaji dan kotoran akan berubah menjadi kubangan, itulah yang akan menjadi bahan dasar kompos.

Dengan demikian di bagian bawah kandang akan ada kompos sebagai alasnya. Sedangkan  bahan kompos antara lain:

a)      Kotoran sapi                                                                                        85%

b)      Serbuk gergaji                                                                          5%

c)      Abu sekam                                                                                           10%

d)      Dolomit, kalsit atau kapur pertanian (mencegah bibit gulma)       2%

e)      Stardek (starter atau ragi sebagai dekomposer)                                     0,25%

Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur dengan rata. Proses melalui sistem kandang becek ini memerlukan waktu ±35 hari, dengan empat kali pembalikan.

Proses tersebut sangat alamiah dan hanya memerlukan kesabaran serta keuletan. Sistem kandang becek sangat cocok jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena proses sistem kandang becek tidak memerlukan waktu yang lama. Sistem kandang becek juga merupakan salah satu upaya pemanfaatan limbah organik kotoran hewan terkait dengan kepedulian individu dalam menjaga lingkungannya.

Dengan demikian sistem kandang becek untuk upaya pemanfaatan limbah kotoran hewan sapi, kita juga diuntungkan karena kebersihan lingkungan terjaga. Dan hal paling penting ialah kotoran sapi yang tadinya menjadi limbah dan sumber polusi udara, ternyata dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos yang ekonomis. Oleh karena itu perlu ditekanan penggunaan limbah kotoran sapi agar bisa digunakan secara efektif sebagai pengganti pestisida pertanian.

b.      Limbah dedaunan

Pengolahan limbah dedaunan lebih mudah bila dibandingkan dengan oengolahan limbah kotoran hewan. Hal ini disebabkan karena teknik pengolahan dedaunan lebih sederhana, yaitu:

1)      Buat lubang 1 × 1 m, (bisa diperluas) dengan kedalaman yang sama.

2)      Masukkan sampah dedaunan kedalamnya

3)      Tunggu beberapa minggu hingga sampah menjadi kompos yang sudah matang (membusuk)

Yang perlu diperhatikan dalam pengolahan sampah dedaunan antara lain.

1)      Tingkat kematangan kompos. Syarat kematangannya; kompos harus berwarna cokelat kehitaman, lebih lunak dari bahan mentahnya, suhu turun dibawah 40, tidak berbau menyengat, dan rasio C/N <20. Jika benih dimasukkan ke dalam kompos dan berkecambah dalam 2-3 hari, maka menunjukkan pertumbuhannya sehat.

2)      Seleksi Pemilahan sampah. Pemilahan sampah harus diperhatikan dengan benar, terutama pemilahan antara dedaunan dengan sampah non-organik. Jadi pastikan dahulu bahwa sampah adalah jenis organik yang mudah terurai.

3.      Upaya peningkatan kesadaran cinta lingkungan

Ada dua upaya peningkatan kesadaran mengenai pentingnya menjaga kebersihan yaitu:

a.       Upaya skala luas

Upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan secara umum, antara lain:

1)      Pembentukan karakter anak-anak untuk menjaga kebersihan sejak dini.

2)      Pengefektifan kegiatan green movement concept dalam masyarakat, melalui kegiatan kerja bakti secara rutin dalam skala perumahan.

3)      Pendirian komunitas pecinta lingkungan untuk memaksimalkan program Bank Sampah.

4)      Mengadakan sosialisasi untuk mendaur ulang sampah menjadi produk daur ulang yang bernilai ekonomis.

5)      Merawat lingkungan mulai dari diri sendiri dan keluarga terdekat.

b.      Upaya skala khusus (rumah tangga)

Langkah penanganan sampah ditingkat rumah tangga, ada tiga langkah yang bisa dilakukan yaitu

1)      Dipilah, pisahkan antara sampah yang mudah busuk dan sampah yang tidak mudah busuk.

2)      Dibuat kompos, sampah yang mudah busuk seperti bekas makanan dan sayur-sayuran dapat diolah menjadi pupuk kompos.

3)      Didaur ulang, sampah yang tidak mudah busuk dapat digunakan kembali diolah menjadi barang yang dapat digunakan kembali atau dijual untuk digunakan ulang oleh orang lain.







BAB IV

PENUTUP



A.     Simpulan

Dari pembahasan data diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1.      Mekanisme pemilahan sampah terdiri lima pemilahan, yaitu untuk sampah membusuk, kertas, plastik, botol atau kaleng, dan sampah buang. Setelah itu barulah diolah melalui bank sampah.

2.      Untuk pengolahan limbah kotoran hewan, bisa dilakukan melalui system kandang becek. Sedangkan untuk pengolahan sampah dedaunan melalui pembuatan lubang di tanah untuk penampungan dedaunan. Keduanya akan menghasilkan kompos.

3.      Garis besar dari cara peningkatan kesadaran menjaga kebersihan lingkungan harus dimulai sejak dini barulah ke lingkup yang lebih luas dan perlu dukungan semua pihak, melalui kegiatan kampanye go green.



B.     Saran

Berikut adalah saran untuk permasalahan yang dikaji diatas.

1.      Untuk mekanisme pemilahan sampah, sebaiknya dilakukan secara terorganisir, sehingga semua elemen masyarakat turut serta berperan.

2.      Pemanfaatan limbah organik hendaknya sesuai dengan metode yang ada, agar tidak terjadi pembusukan dan mengakibatkan pencemaran udara.

3.      Peran serta seluruh stake holder dan masyarakat sangat diperlukan untuk mewujudkan lingkungan bebas sampah.

















DAFTAR PUSTAKA



Achsan. 2010. “”, tersaji dalam achsan.staff.gunadarma.ac.id

Budiharso, Teguh. 2009. Panduan Lengkap Menulis Karya Ilmiah. Yogyakarta: Venus.

Mangkara, Sessario Bayu, dkk. 2010. “Contoh Proposal PKM GT UNS Pengelolaan Sampah Kota”, tersaji dalam http://pkm.openthinklabs.com/home/contoh-proposal/pkm-gt/uns/pengelolaan-sampah-kota, diunduh tanggal

Semiawan, Conny, dkk. 1992. Pendekatan Ketrampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?. Jakarta: PT Gramedia.

Susanto, Eko. 2008. “Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data”, tersaji dalam  http://eko13.wordpress.com/2008/03/18/jenis-data-dan-metode-pengumpulan-data/, diunduh tanggal

Zulham, M. 2011. “Bab III”, tersaji dalam http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/.../BAB%20III%20Soel.doc, diunduh tanggal





















LAMPIRAN

















Gb.I Lembah Hijau Multifarm               Gb.II Sapi Prakasi

















Gb. IV Ikan Patin                                             Gb. Budidaya Tanaman



















Gb. V Kompos Kotoran Sapi                           Gb. VI Lubang Kompos Dedaunan




2 komentar:

My 24-7 notez mengatakan...

Saya pembimbing KIR SMKN 2 Wonosari. Saya sangat berharap dapat menciptakan komunitas siswa2 (beserta pembimbingnya) yang tertarik dengan kegiatan KIR melalui dunia maya. Tolong sampaikan pesan ini kepada guru pembimbing kalian. Hubungi saya di zukizukzuku@gmail.com. Thx.

My 24-7 notez mengatakan...

Saya pembimbing KIR SMKN 2 Wonosari. Saya sangat berharap dapat menciptakan komunitas siswa2 (beserta pembimbingnya) yang tertarik dengan kegiatan KIR melalui dunia maya. Tolong sampaikan pesan ini kepada guru pembimbing kalian. Hubungi saya di zukizukzuku@gmail.com. Thx.